Keep Smiling By Dr. Ponijan Liaw
by DR. Ponijan Liaw, M.Pd.
Namun, segala penderitaan fisik yang berlangsung selama sembilan bulan itu, pupus karena melihat sang bayi lahir dengan selamat. Segala keletihan fisik dalam membesarkan sang balita pun terbayar lunas dan tuntas ketika melihat sang belahan jiwa tersenyum. Yah, hanya dengan senyuman seluruh sendi ragawi yang letih terasa mendapatkan injeksi vitamin yang memulihkan dan menguatkan diri. Fenomena alami ini akan terus berlaku sepanjang peradaban manusia di bumi.
Bagi yang belum pernah merasakan punya bayi, barangkali pernah jatuh cinta kepada seorang pujaan hati. Ingat-ingatlah dengan teliti, apa yang menarik dari calon pasangan kekasih Anda itu. Matanya, bibirnya, hidungnya, kakinya, kulitnya atau panca indra lainnya. Namun, survei juga membuktikan bahwa ada salah satu yang selalu menarik simpati: senyumannya! Yah, Anda tertarik pada calon pasangan Anda karena senyumnya, meminjam bahasa pujangga, sebagai madu yang tidak akan pernah habis manisnya. Nikmat sekali! Itulah senyuman.
Sebaliknya, jika Anda bertemu dengan orang yang baru saja hendak disapa tapi sudah memalingkan muka dengan wajah ditekuk delapan (manyun habis). Pastinya rasa jengkel, marah, terhina dan terlecehkan pun berkecamuk di ruang afeksi yang seyogianya tidak berisi energi negarif tersebut. Orang jenis itu (tanpa senyum) pastinya tidak akan mampu mengoleksi varian sahabat yang pada saatnya nanti mungkin akan menjadi partner bisnisnya. Konsekuensi logis dari sebuah karakter buruk tanpa senyum itu adalah terpasung dan terisolasinya sang pelaku dari hiruk-pikuk keramaian kota. Jelas, sisi negatif dan destruktif akan lebih mengemuka dalam kehidupannya.
Menyadari betapa sebuah senyuman dapat mengobati lelah fisik seorang ibu dan melelehkan rasio dan logika seorang pencinta, kiranya seorang insan sejati akan melakukan hal senada demi sebuah target yang pasti: pelanggan. Pelanggan yang diberi senyuman akan merekam dengan kuat dan lama kesan tersebut. Bahasa nonverbal itu akan mengikat naluri-naluri halus di dalam hati pelanggannya untuk tidak berpindah ke lain hati. Mereka secara suka rela akan menetapkan hati untuk tetap bersama dengan Anda. Karena sesungguhnya, di samping perbedaan marjin harga dan merek, ada faktor non-materi yang sesungguhnya lebih kuat perannya, yaitu: faktor psikologis yang sifatnya abstrak. Menurut beberapa pakar, apa yang bias dirasakan secara konkret biasanya relatif mudah dihilangkan. Karena berbentuk sifatnya. Namun, apa yang bersifat abstrak (non-materi) sulit untuk disingkirkan karena tidak terlihat. Karena faktor inilah, senyuman yang merupakan anggota dari kelompok non-materi itu pun penting untuk diaplikasikan dalam setiap pertemuan dengan pelanggan. Mereka akan tersengat kenyamanan dan kehangatan yang sangat dalam melalui senyuman itu. Apa lagi Anda memiliki senyuman manis nan memesona. Dunia serasa indah milik berdua (Anda dan pelanggan). Artinya, keakraban yang terbina akan berlanjut pada tingkat kesetiaan yang memadai. Jika sudah begitu, getuk tular akan menjalar melalui tangan sang pelanggan setia itu buat Anda. Itulah the power of smile.
Untuk menguatkan pernyataan di atas, ada baiknya kita lihat perjalanan hidup Putri Diana. Rasa-rasanya, banyak di antara kita yang masih mengingat senyum sang putri di setiap penampilannya di depan publik. Dengan senyumannya yang manis dan tulus plus lambaian tangannya yang bak burung dara itu, rakyat Inggris pun tersihir untuk berpihak padanya, bukan pada suaminya yang pangeran itu. Selingkuhan sang suami pun akhirnya terlecehkan di ruang publik dengan segala bentuk dan tingkat penghinaannya. Mengapa hal itu dilakukan secara suka rela untuk sang putri? Jawabannya jelas, karena sang legenda dari Wales itu mampu menyihir dengan senyumnya yang menawan hati. Demikian juga dengan Raja Norodom Sihanouk di Kamboja. Ia begitu dicintai rakyatnya. Tidak pernah didemo. Tidak pula dicela. Senyumnya yang selalu setia menemani sang bibir terasa sudah terintegrasi secara permanen dan menjadi satu-kesatuan utuh yang tidak terpisahkan.
Untuk itu, latihlah diri untuk selalu tersenyum minimal tiga menit setiap pagi hari atau menjelang tidur. Dengan latihan konsisten, senyuman akan menyatu dengan bibir untuk selanjutnya menyatu dalam bahasa tubuh.
Oleh: DR. Ponijan Liaw, M.Pd.
Komunikator No. 1 Indonesia
For Seminar/Training: 0818 09 666 777
Email: ponijan@central.net.id, twitter/instagram/fb: @PonijanLiaw