Anda pasti pernah mendengar kisah tentang betapa sakitnya penderitaan seorang ibu saat ia melahirkan seorang anak. Segala daya dan upaya plus nyawa yang bersemayam dalam fisiknya pun disiapkan demi lahirnya sang dambaan hati itu. Namun, segala penderitaan fisik yang berlangsung selama sembilan bulan itu, pupus karena melihat sang bayi lahir dengan selamat. Segala keletihan fisik dalam membesarkan sang balita pun terbayar lunas dan tuntas ketika melihat sang belahan jiwa tersenyum. Yah, hanya dengan senyuman seluruh sendi ragawi yang letih terasa mendapatkan injeksi vitamin yang memulihkan dan menguatkan diri. Fenomena alami ini akan terus berlaku sepanjang peradaban manusia di bumi.
Bagi yang belum pernah merasakan punya bayi, barangkali pernah jatuh cinta kepada seorang pujaan hati. Ingat-ingatlah dengan teliti, apa yang menarik dari calon pasangan kekasih Anda itu. Matanya, bibirnya, hidungnya, kakinya, kulitnya atau panca indra lainnya. Namun, survei juga membuktikan bahwa ada salah satu yang selalu menarik simpati: senyumannya! Yah, Anda tertarik pada calon pasangan Anda karena senyumnya, meminjam bahasa pujangga, sebagai madu yang tidak akan pernah habis manisnya. Nikmat sekali! Itulah senyuman.
Sebaliknya, jika Anda bertemu dengan orang yang baru saja hendak disapa tapi sudah memalingkan muka dengan wajah ditekuk delapan (manyun habis). Pastinya rasa jengkel, marah, terhina dan terlecehkan pun berkecamuk di ruang afeksi yang seyogianya tidak berisi energi negarif tersebut. Orang jenis itu (tanpa senyum) pastinya tidak akan mampu mengoleksi varian sahabat yang pada saatnya nanti mungkin akan menjadi partner bisnisnya. Konsekuensi logis dari sebuah karakter buruk tanpa senyum itu adalah terpasung dan terisolasinya sang pelaku dari hiruk-pikuk keramaian kota. Jelas, sisi negatif dan destruktif akan lebih mengemuka dalam kehidupannya.
Menyadari betapa sebuah senyuman dapat mengobati lelah fisik seorang ibu dan melelehkan rasio dan logika seorang pencinta, kiranya seorang insan sejati akan melakukan hal senada demi sebuah target yang pasti: pelanggan. Pelanggan yang diberi senyuman akan merekam dengan kuat dan lama kesan tersebut. Bahasa nonverbal itu akan mengikat naluri-naluri halus di dalam hati pelanggannya untuk tidak berpindah ke lain hati. Mereka secara suka rela akan menetapkan hati untuk tetap bersama dengan Anda. Karena sesungguhnya, di samping perbedaan marjin harga dan merek, ada faktor non-materi yang sesungguhnya lebih kuat perannya, yaitu: faktor psikologis yang sifatnya abstrak.