Musim salju telah mencapai puncaknya. Salju turun terus menerus di atas sebuah bukit. Seekor tikus kecil bangun dari tidur panjangnya dan merangkak keluar dari lubangnya untuk menghirup udara segar. Selamat pagi, tikus kecil.” Suara nyaring itu mengagetkan si tikus yang ternyata berasal dari seekor burung wren mungil, sahabat si tikus.
”Halo, burung wren.” Sapa si tikus gembira karena menemukan teman pada pagi yang dingin itu. Tikus kecil dan burung wren pun duduk bersama meringkuk di bawah cabang yang terendah dari sebuah pohon pinus.
Mereka pun ngobrol dan di sela-sela pembicaraan si tikus bertanya, ”Menurut kamu, berapa beratkah sebutir salju?”
”Sebutir salju hampir tidak mempunyai berat,” jawab si burung. ”Sebutir salju itu tidak berarti apa-apa sehingga hampir tidak mempunyai berat sama sekali. Lagipula bagaimana mungkin kamu menimbang sebutir salju?”
Kemudian si tikus mengusulkan, “Bagaimana kalau kita menghitung butiran salju yang menimpa pohon pinus diseberang sana?”
Burung wren setuju dan mereka mulai menghitung secara bergantian sepanjang hari dan tanpa terasa ketika mencapai hitungan ke dua juta empat ratus sembilan puluh dua ribu tiga ratus lima puluh sembilan. Tiba-tiba pohon pinus yang sudah putih terselimuti salju itu tumbang hingga mengagetkan kedua mahkluk mungil yang berlarian menghindar.
Setelah suasana panik reda, keduanya kembali bertemu sambil memandangi pohon pinus yang tumbang itu. Masih belum hilang rasa kagetnya si tikus bersuara di tengah kesunyian, “Pasti karena sebutir salju yang terakhir yang membuat pohon pinus itu roboh. Meskipun hanya sebutir salju, dia memiliki bobot. Dan meskipun hanya sebutir salju dia bisa membuat perubahan.”**