ARISAN, WASIAT, WAFAT (1) Kata bijak: “Dunia tempat bekerja dan beristirahat sementara, semua akan pulang pada akhirnya.” – Freddy Pieloor Semua manusia sebagai mahluk ciptaan Tuhan akan kembali kepada-NYA; debu kembali menjadi debu. Tidak ada yang abadi di dunia ini dan semua manusia hanya singgah untuk akhirnya akan menjalani “kehidupan abadi” setelah kehidupan fana ini. Manusia telah diberikan kesempatan menjalani kehidupan dengan sebaik-baiknya, untuk berbuat kebajikan kepada sesama dan bertakwa kepada Tuhan Sang Pencipta. Selama hidup di dunia, Tuhan menginginkan manusia mengisi setiap lembar kehidupannya dengan cerita yang bahagia dan memberikan manfaat bagi lingkungannya, keluarga, orang tua dan sesama manusia. Tuhan menginginkan setiap manusia dapat memberikan dan menyebarkan kesejahteraan dan kekayaan kepada sesama manusia. Tuhan akan sangat bahagia bila mahluk ciptaannya saling mengasihi dan memberi, bukan sebaliknya saling menjatuhkan dan menyakiti serta mengambil dengan cara yang tidak layak hak orang lain (korupsi). “Apa yang kau tanam, akan kau tuai pada saatnya,” itulah Hukum Alam yang juga merupakan Hukum Tuhan. Setelah membahas seluruh persiapan menuju kehidupan yang sejahtera, maka pada akhirnya saya akan menyampaikan kunci akhir yaitu 3 W = Warisan Wasiat Wafat. W1 = WARISAN WARISAN adalah harta yang dikumpulkan orang tua selama masa hidupnya yang kemudian diberikan kepada orang yang dikasihinya. Bisa saja yang dikasihi tersebut adalah anak-anaknya, orang tuanya, saudara-saudaranya, sahabatnya atau bahkan orang lain. Warisan bisa membawa berkah tapi bisa juga mendatangkan bencana. Semua itu berpulang kepada tingkat pemikiran dan kedewasaan orang-orang yang memiliki hak waris sesuai hukum negara, agama dan adat. Kita sering sekali menyaksikan anak-anak sebuah keluarga yang damai sejahtera kala orang tua masih hidup, namun terpecah belah dan saling menyakiti saat orang tua sudah tiada. Penyebabnya tidak lain dan tidak bukan; uang serta WARISAN. Ketika orang tua wafat lalu meninggalkan WARISAN, anak-anak sepantasnyalah bersyukur dalam damai, bukan bertengkar sehingga membuat yang WAFAT tidak tenang dalam kuburnya. Kita semua yang masih punya akal sehat, pasti mengharapkan WARISAN ini membawa berkah baik bagi ahli waris dan terutama bagi yang meninggalkan WARISAN. Pertanyaan: Apakah anak-anak berhak atas WARISAN dan boleh menuntut kepada orang tua yang masih hidup? Misalnya dengan berkata: "Hai Papa, janganlah Papa menghabiskan semua harta Papa saat pensiun, harta itu adalah milikku juga sebagai AHLI WARIS!" Jawabannya: "TAHI KEBO" Anak-anak dan siapapun sebenarnya tidak berhak atas harta yang diperoleh orang tua dengan susah payah. Orang tua boleh menghabiskan semua hartanya dan menikmati hidup saat pensiun. Orang tua berhak penuh atas hartanya digunakan untuk apapun, dan siapapun tidak bisa mencampuri harta orang tua termasuk anak-anaknya. Kata bijak: “Lelaki sesungguhnya bukanlah yang terlihat, melainkan yang tersimpan dan mencipta agar terlihat. Lelaki tidak meminta tetapi mencipta untuk memberi.” – Freddy Pieloor. Hai Anak-anak, Sang Ahli Waris: "Bila kalian mau harta, ya carilah dan bekerjalah dengan sepenuh hati dan pikiranmu." "Kalian telah diberi bangku sekolahan, mestinya kalian sudah mandiri serta mencari nafkah dari otak, tangan, keringat dan darah kalian sendiri." "Jangan memberi makan anak-anak dari WARISAN orang tua, karena tidak ada kebanggaan disana." “Terlebih bagi anak lelaki, janganlah cengeng dan merengek serta meminta bagian Warisan orang tua. Tunjukkan kepada dunia, bahwa kalian adalah benar-benar lelaki sesungguhnya.” “Untuk kalian anak perempuan, janganlah menyuapi dan memanjakan suami dengan harta warisan orang tua. Biarkanlah suami menunjukkan tanggung jawabnya sebagai seorang suami dan kepala keluarga dengan mencari nafkah bagi keluarganya. Berikan kesempatan untuk menunjukkan padamu bahwa dia adalah lelaki yang bertanggung jawab." Hai Orang Tua, Sang Pemilik Harta: "Anda memiliki hak sepenuhnya dalam menikmati hidup saat pensiun nanti, dengan menggunakan harta yang telah dikumpulkan selama masa kerja. Anda tidak usah memikirkan nasib anak, karena mereka masih muda, energik, sehat dan masih dapat dipekerjakan oleh banyak perusahaan (usia produktif). Mereka memiliki banyak kesempatan untuk meraih kesejahteraan dan kebahagiaan. Anda sudah menjalankan tugas dengan baik sebagai orang tua, dengan mengasuh, membimbing dan memberikan sekolah terbaik bagi mereka, agar mampu mencari NAFKAH dan rejeki-nya sendiri." "Anda tidak memiliki kewajiban untuk menyisakan harta yang telah dikumpulkan dan dibagikan pada anak-anak. Pakailah semua harta untuk kebahagiaan diri dan pasangan dengan berbagi kepada sesama yang Anda inginkan (CHARITY). Namun bila harta kekayaan yang terkumpul masih tersisa dan Anda menginginkan anak-anak mendapatkannya. Itu adalah suatu suka cita besar.” Anak Durhaka Saya sering menyaksikan, anak-anak mengharapkan warisan dari orang tuanya. Padahal, siapapun termasuk anak-anak tidak BERHAK sama sekali menuntut WARISAN. Apalagi sampai MENCACI MAKI dan MENGHINA ORANG TUA akibat WARISAN ini. Seharusnya anak-anak berpikir sehat, kalau ada warisan ya syukur, kalau tidak ada tidak apa-apa. Jangan sampai anak memerlakukan orang tua semena-mena. Jika masih hidup saja anak sudah berani demikian, bagaimana nanti kalau orang tua sudah wafat. Apa kata dunia? W2 = WASIAT Wasiat adalah surat keinginan dan perintah yang harus dilaksanakan oleh orang-orang yang tertulis dalam surat tersebut. Wasiat dapat berisi tugas-tugas yang harus dilaksanakan oleh anak-anak dan keluarga dan juga dapat berisi mengenai pembagian WARISAN. Surat ini bertujuan untuk menghindari pertikaian dalam keluarga yang sering menimbulkan perpecahan. Surat ini dibuat oleh orang tua jauh-jauh hari sebelumnya, ketika masih hidup dan dibacakan serta dilaksanakan saat sudah tiada. Surat ini sebaiknya dibuat oleh pihak yang berkompeten seperti NOTARIS dan ditandatangani oleh beberapa saksi (bisa saudara atau sahabat pembuat wasiat). Orang tua selayaknya menyiapkan surat wasiat, agar peristiwa tidak baik atau negatif dapat dicegah. Buat anak-anak Semua pihak termasuk anak-anak, tidak boleh dan jangan sekali-kali menghina dan mencaci maki orang tua bila tidak memperoleh WARISAN seperti yang diharapkan. Seperti yang disampaikan di atas "WARISAN BUKAN HAK-mu, itu adalah PEMBERIAN SUKA RELA Orang Tua." Seringkali terjadi, setelah mendapatkan bagian warisan, bukannya bersyukur tapi malah mengeluh dan “ngedumel”. Cari sendiri dong bila mau harta, jangan hanya minta... minta... dan minta. Kadang anak yang sudah sangat dewasa dari segi usia, sudah berkeluarga dan sudah punya anak pula, masih saja meminta kepada orang tua. Seharusnya malu kepada anak-anaknya sendiri. Mana kebanggaan Anda? Mana harga diri Anda? Hai Para Orang Tua, Segeralah membuat WASIAT selagi Anda masih sehat dan dihargai. Pastikan rasa dan tegarkan hati membuat keputusan yang kalian anggap paling baik. WARISAN hanya diberikan kepada anak-anak yang mengasihi dan mencintai Anda dengan sepenuh jiwa. Bukan kepada anak durhaka. WARISAN dapat diberikan kepada anak yang menjaga dan merawat Anda saat menikmati hidup di hari tua. (BERSAMBUNG).