a a a a a a a
Logo
Other Information Banner Header
Tiket Online

Berita

Aplikasikan Konsep Berbagi

Aplikasikan Konsep Berbagi

By :
Wanita kelahiran Bangil pada 29 November 1969 ini telah memiliki banyak pengalaman di bidang konstruksi, management, leadership, pengembangan diri untuk personal dan profesional, serta hubungan sosial maupun kemanusiaan. Tekad Ainy Fauziyah adalah membuat hidup orang-orang di Indonesia berpikir lebih besar, bertindak lebih cerdas dan hidup lebih baik. Melalui seminar-seminar yang diberikan selama ini, dia berharap bisa membantu setiap kalangan untuk mewujudkan impian-impian mereka dengan cara yang mulia.
Selain itu Ibu dua anak ini juga aktif dalam bidang kemanusiaan. Dia pernah mengabdikan dirinya untuk terlibat dalam proses rekonstruksi dan rehabilitasi di Aceh akibat bencana Tsunami dan bergabung dengan OXFAM Great Britain serta CARE Internasional Indonesia, organisasi non-profit di bidang kemanusiaan. Selain itu bagaimana kisah hidupnya dan apa saja visi misinya?.
Berikut kami sajikan petikan wawancaranya saat dijumpai oleh Majalah Excellent di kantornya.

Bisa sedikit Anda ceritakan latar belakang kehidupan Anda?

Saya lahir dari Bangil, Ayah saya lulusan SMA pernah buka kios optik di Surabaya tapi kemudian kiosnya terbakar yang ujung-ujungnya menjadi petani. Memang petani itu bukan petani yang bagian bercocok tanam tapi pemilik sawah, tapi tetap saja pemilik sawah itu kan penghasilannya tidak jelas dan istilahnya jika untuk kebutuhan sehari-hari itu sih tidak memenuhi. Saya merasa kedua orang tua saya luar biasa, walaupun Ibu saya hanya lulusan SKKP (SMP) tapi Ibu saya terbilang pintar. Itu yang sangat disayangkan karena sekolahnya hanya sampai SKKP, hal ini terjadi karena keluarganya yang fanatik dengan keyakinan zaman dulu bahwa perempuan tidak boleh sekolah tinggi-tinggi. Tapi pada saat selesai SKKP Ibu saya bisa jadi guru menjahit sekaligus penjahit karena beliau merasa impiannya itu tidak boleh di batasi oleh keluarganya, maka ada semacam kekecewaan yang dimana kekecewaan itu ditumpahkan secara positif kepada saya. Jadi walaupun keluarga saya keluarga yang sederhana tapi Ibu selalu bilang, “Kamu harus sekolah yang tinggi biar Ibu sama Ayah nanti yang membiayai kamu,” meskipun secara logika dan hitungan matematika saya merasa keadaan ekonomi kami tidak mencukupi itu, tapi saya salut semangatnya ibu saya gede dan juga kata-katanya selalu positif.
Sementara Ayah saya itu menurut saya orang yang luar biasa biarpun beliau itu lulusan SMA dan petani tapi beliau itu orangnya jujur luar biasa itu yang membuat saya kagum sama Ayah. Jadi dimata saya dia itu seorang Bapak yang jujur, Bapak yang tanggung jawab dan visioner jadi saya percaya itu yang menular ke saya. Saat saya kecil kalau saya lihat TV dan ada bule saya selalu percaya bahwa one day saya pasti bisa sekolah ke luar negeri, maka saat saya SMP kelas 1 saya kursus bahasa Inggris. Salah satu impian saya saat itu juga ingin berbicara dengan bule, nah karena di Bangil tidak ada bule saya tuh suka membayangkan, saya ngomong sama bule karena saya pikir kalau tidak ketemu bule saya tidak bisa praktek dong. Makanya yang saya lakukan kayak orang gila di kamar mandi saya ngomong bahasa Inggris sendiri. Saat SMA saya termasuk murid berprestasi namun akibat pengaruh lingkungan saya jadi bandel seperti misalnya dikursusin tidak datang, dimasukkan ke bimbel tidak datang kalau sekolah sih tetap sekolah, ini yang akhirnya membuat prestasi saya turun sampai saya tidak lulus UMPTN. Hal inilah yang membuat saya merasakan kapok yang luar biasa.

Lalu bagaimana Anda bisa terjun sebagai seorang motivator?

Jadi ketika orang tua saya mengetahui kegagalan UMPTN saya, Ayah saya bilang begini, “Ayah dan Ibu tahu kamu sudah memberikan yang terbaik walaupun kamu gagal (UMPTN), ayo kita melangkah sama-sama Ayah dan Ibu support. Kamu tinggal pilih sekolah swasta yang kiranya kita mampu.” Dulu kan teman-teman dan saudara-saudara saya banyak yang menjadi PNS jadi saya pengen sekali masuk PNS hingga akhirnya saya masuk di Cipta Karya menjadi pegawai negeri. Bekerja di Perumnas selama 9 tahun membuat saya merasa seperti tidak bisa menjadi diri sendiri yang akhirnya saya memutuskan untuk mengundurkan diri. Ketika terjadi bencana Tsunami di Aceh saya bergabung dengan NGO dari Inggris. Di Aceh saya sangat tersentuh bisa dekat dengan warga-warga Aceh yang terkena musibah. Ini yang membuat saya berpikir bahwa manusia itu ada tidak hanya untuk dirinya sendiri tapi juga harus menjadi manusia yang bisa untuk saling membantu. Allah SWT menciptakan kita untuk saling menebarkan kebajikan. Disini juga yang membuat saya tertarik untuk masuk ke dunia motivator, saya menemukan kebahagiaan tersendiri pada saat saya bisa memotivasi orang lain padahal waktu di Aceh bukan tugas saya bukan sebagai motivator melainkan tugas saya ialah membangun rumah untuk masyarakat Aceh. Disitu awal saya jatuh cinta dengan dunia motivasi karena ternyata memotivasi itu memberi kenikmatan tersendiri pada diri saya, tapi untuk menjadi motivator kan butuh waktu tidak serta-merta langsung jadi, dan juga saya agak ragu karena kebanyakan motivator itu laki-laki. Saya bismillah dan yakin bisa menjadi motivator yang professional lalu saya mengambil lisensi sebagai coach kemudian fokus dengan dibidang leadership. Dan yang pasti saya sangat bersyukur dan berterima kasih kepada suami saya karena suami saya punya banyak peran yang begitu penting dalam karir saya selama ini, karena suami saya juga yang mendorong saya untuk menjadi motivator.

Bagaimana perasaan Anda ketika pertama kali berbicara di hadapan para peserta?

Pertama kali saya memotivasi saat itu untuk para guru pemenang lomba bercerita, awalnya pasti deg-degan ya walaupun audience saat itu hanya sekitar 40-an orang. Cara saya mengobati deg-degan tersebut dengan berpikiran bahwa “Saya di sini kan bukan untuk menggurui peserta,” dan sampai sekarang saya pakai cara ini termasuk waktu menghadapi audience terbesar saya yakni 3000 peserta.

Bagaimana cara Anda dalam memotivasi orang atau peserta training Anda?

Setiap diri kita pasti mempunyai banyak kelebihan yang luar biasa. Siapa pun diri kita, apapun pendidikan kita dan apapun latar belakang ekonomi dan status kita, kita punya kekuatan luar biasa karena Tuhan tidak pernah menciptakan kita menjadi makhluk yang biasa saja. Tuhan itu menciptakan kita sebagai manusia yang luar biasa dan tugas kita menemukan kekuatan tersebut. Jadi cara saya memotivasi orang yang pertama mengetahui impian mereka, kedua mengenal kekuatan mereka, ketiga mewujudkan dan yang keempat hidup berbagi. Saya selalu mendorong orang untuk selalu menengok pada dirinya bukan menengok pada orang lain. Saya lebih menekankan kepada para peserta saya untuk melihat sikap baik kita dan sikap buruk kita, karena itu sebenarnya yang lebih berharga. Kita selalu mengedepankan sikap dan perilaku karena saya sangat percaya sikap dan perilaku kita lah ini yang akan menyelamatkan kita di dunia. Dan juga saya percaya banget konsep berbagi itu dahsyat luar biasa. Berbagi itu tidak akan membuat kita menjadi miskin, berbagi itu membuat rezeki kita menjadi tambah banyak. Rezeki itu kan bisa kesehatan, materi dan bisa kebahagiaan yang jelas kebahagiaan. Memberi itu kan tidak harus berupa materi tapi ketika kita tahu pekerjaan kita bisa bermanfaat bagi orang lain itu kan juga memberi.

Sebagai seorang motivator, kendala apa yang Anda temui di lapangan?

Hampir bisa dibilang tidak ada kendalanya. Mungkin ada orang-orang yang meremehkan, tapi saya percaya menghadapi orang-orang seperti itu tidak dengan cara memamerkan “Ainy itu siapa,” tapi dengan menjelaskan bahwa saya sama dengan mereka, ya sama-sama manusia biasa, sama-sama punya banyak kelemahan, sama-sama punya banyak impian besar dan sama-sama tidak sabar untuk mewujudkannya. Alhamdulillah lewat cara itu kita tidak punya kesulitan. Saya juga berusaha untuk tidak menggurui mereka karena saya juga tidak suka menggurui orang lain saya lebih suka memberdayakan orang lain dan untuk memberdayakan orang lain caranya ya itu tadi melihat apa yang menjadi impian mereka dan melihat kekuatan yang mereka miliki.

Bisa Anda ceritakan bagaimana buku Anda “Dahsyatnya Kemauan” hingga bisa menjadi national best seller?

Saya waktu itu sebagai penulis baru tapi saya ingin buktikan kalau buku saya bisa menjadi best seller. Saya berpikir, bagaimana kalau saya menulis buku dan royalty dari buku itu sendiri akan saya berikan kepada yatim dhuafa. Dari situ Allah SWT memberi jalan, saya pun gencar mempromosikan buku seperti misalnya saat saya sedang memberikan pelatihan, promo lewat twitter, lewat milis, dan sebagainya. Saat itu saya tahu bahwa saya tidak punya ilmu marketing yang baik tapi saya punya prinsip, “Apapun ilmu di dunia ini selama kita peduli saya yakin ada jalan.” Ternyata berhasil sekarang kita sudah menjadi national best seller. Untuk menjadi national best seller kan harus mencapai 11.000 sekarang ingin sekali mencapai 15.000 agar bisa menjadi mega best seller dan juga kedepannya kita punya misi “1 juta buku untuk yatim dhuafa.”

Apa pesan-pesan Anda untuk para Sahabat Excellent agar bisa menjadi seorang leadership yang baik?

Saya percaya kalau setiap diri kita adalah pemimpin, dan kita tidak akan pernah mampu memimpin orang lain ketika kita tidak mampu memimpin diri kita sendiri. Jangan harap kita bisa memimpin orang lain kalau kita tidak bisa memimpin diri kita sendiri. Lalu hidup itu harus selalu berbagi karena saya percaya ketika kita berusaha keras untuk mewujudkannya dan ketika kita memastikan setiap impian kita berguna buat banyak orang itulah kebahagiaan yang kita dapat. Jadi siapa pun diri kita jangan takut bermimpi, wujudkan dengan niat yang baik, syukuri dan terus tebarkan hingga ajal kita tiba.

Latest Berita

ASPIKINDO FAIRASPIKINDO FAIR
Berita Kelas Excellent Mentoring  Incubation  whatsapp image 2017 09 09 at 17 28 15
Kelas Excellent Mentoring & Incubation
Berita Excellent Mentoring  Incubation pertemuan ke 3 whatsapp image 2017 08 26 at 17 54 00 5
Excellent Mentoring & Incubation pertemuan ke 3
Berita SEMINAR  GATHERING whatsapp image 2017 08 12 at 18 05 18
SEMINAR & GATHERING