a a a a a a a
Logo
Other Information Banner Header
Tiket Online

Berita

Seminar Nasional Strategi Menjadi Wirausaha Unggul, Kreatif, Inovatif, & Sukses di Era Digital

Seminar Nasional Strategi Menjadi Wirausaha Unggul, Kreatif, Inovatif, & Sukses di Era Digital

By :
Meningkatnya presentase wirausahawan di sebuah negara berdampak pada kesejahteraan dan keamanan nasional. Oleh karena itu, dibutuhkan dukungan seluruh elemen masyarakat sehingga para wirausahawan memiliki kesadaran untuk berproses, berkreatifitas, berinovasi, dan beradaptasi dengan zamannya.

Seminar Nasional Strategi Menjadi Wirausaha Unggul, Kreatif, Inovatif, & Sukses di Era Digital


Berangkat dari hal di atas, beberapa hari lalu Komunitas Wirausaha Excellent dan Majalah Excellent mengadakan Seminar Nasional “Strategi Menjadi Wirausaha Unggul, Kreatif, Inovatif, & Sukses di Era Digital” di Auditorium Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Lt. 3 Jl. M.H. Thamrin No. 8, Kebon Sirih, Menteng Jakarta Pusat.

Sebagai kata sambutan, Soedradjat Rasyid (Dewan Penasihat Komunitas Wirausaha Excellent) menerangkan pentingnya fungsi komunitas bagi seorang wirausahawan dalam berinovasi.

Menurut Dradjat, dengan masuknya wirausahawan ke komunitas, mereka setidaknya mendapat empat akses luar biasa, yakni memperluas dan memperkuat akselerasi dan kolaborasi dalam bidang wirausaha, saling bahu-membahu baik dalam melakukan inovasi, maupun promosi produk sehingga dapat menembus batas negara, kemudian mampu memastikan posisi bisnis, serta menentukan kekuatan daya saing dalam berbisnis.

“Siapapun berhak berbisnis di kancah internasional,” katanya. “Maka tiada hari, tiada jam, tiada detik tanpa inovasi. Bukan bisnis namanya jika tanpa inovasi. Inovasi merupakan darahnya para pebisnis. Intinya adalah competitive advantage dari produk dan pelayanan bisnis kita, dengan begitu siapapun punya hak untuk memasuki pasar dunia,” demikian lelaki yang 8 tahun lalu––bersama Ellies Sutrisna (Founder dan Ketua Umum Komunitas Wirausaha Excellent) mulai memikirkan konsep dan upaya learning acseleration on business memberikan sambutannya.

Sejalan dengan apa yang dikatakan Drajat, Ellies Sutrisna (Founder dan Ketua Umum Komunitas Wirausaha Excellent) dalam laporannya menyampaikan, kegiatan yang dihadiri oleh sekitar 1.200 peserta ini merupakan upaya untuk mewujudkan visi-misinya memperluas jaringan para wirausahawan di indonesia.

“Seminar ini mewujudkan visi kami, yakni menjadi komunitas wirausaha dan pemimpin bisnis terbaik, dengan misi turut membantu mempromosikan dan memasarkan produk para wirausahawan di Indonesia,” tutur wanita peraih sertifikat Brian Tracy Focalpoint ini.

Dr. Hamdan (Asisten Deputi Pengembangan Ekonomi Kreatif) dan Roy Darmawan, S.E., M.Psi., CH., CHT(Ketua Dewan Pembina ASEAN Youthpreneur Community) menyampaikan Keynote Speech-nya dalam membuka acara ini.

Permintaan maaf atas ketidakhadiran Ir. Rudy Salahudin, MEM selaku Deputi Bidang Koordinasi Ekonomi Kreatif, Kewirausahaan dan Daya Saing Koperasi dan UKM, Kemenko Perekonomian RI disampaikan oleh Hamdan.

Selain itu, Hamdan juga menyampaikan kekagumannya atas apa yang dilakukan oleh Ellies Sutrisna dalam mendukung terciptanya program pemerintah dalam membangun 1.000 wirausahawan di Indonesia pada 2019 mendatang. “Sebagai pelayan masyarakat, kami (Menko Perekonomian-red.) akan berupaya menyediakan pelayanan kepada anda sekalian sebaik mungkin, sebagaimana Ibu Ellies dengan Komunitas Wirausaha Excellent-nya. Ikuti alur dan prosesnya, persiapkan dengan matang,” pungkasnya.

Strategi menjadi wirausahawan unggul, kreatif, inovatif dan sukses di era digital, menurut Roy Darmawan ditentukan oleh mindset entrepreneurial, yakni pola pikir, pola laku dan kesadaran seseorang. “Berpikir entrepreneurial itu the power of think big, innovative, and think different. Itulah syarat yang mesti dipenuhi sehingga kita mampu memprediksi masa depan yang optimis, melewati batas, melewati mimpi kita,” tutur pria kelahiran Bandung ini.

“Kewirausahaan bisa dimulai dengan kreasi, dengan seni. Sebagaimana Tjok Gde Raka Sukowati ketika membangun kampung seni di Ubud, Bali, sehingga Bali kini terkenal sebagai kota pariwisata international,” tambahnya.

Kegiatan Seminar Nasional ini menghadirkan para pakar dan praktisi di bidang bisnis dan teknologi. Para pakar itu antara lain, Bryan David Emil (President Director PT. Martina Berto, Tbk.), Vicky Ganda Saputra (Co Founder & CEO Papillon Group), Soejanto Soetjijo (Direktur Bank Sinarmas), Yati Law (Fashion Designer – Lombang Batik), Soegiharto Santoso (Ketua Umum APKOMINDO), Affandy Totong (Business Coach, Entrepreneur), dan Ellies Sutrisna (Founder dan Ketua Umum Komunitas Wirausaha Excellent).

Bryan David Emil, MBA., sebagai pembicara pertama membagikan pengalaman keluarga Tilaar di bisnis kecantikan selama berpuluh tahun sebelum akhirnya membangun PT. Martina Berto pada 1997 bersama keluarga Tilaar yang lain. Bryan––begitu ia disapa, menyampaikan bahwa Martina Berto, sebagai salah satu perusahaan publik yang konsisten dan fokus di bidang kecantikan ini merupakan perusahaan lanjutan dari Martha Tilaar, perusahaan ibunya.

“Dulu ibu saya memulai perusahaan ini dari sebuah salon yang dibangun di sebuah garasi, sementara kami memulai Martina dari produk kecantikan rumahan. Oleh karena itu, saya percaya bahwa suatu saat seluruh perusahaan kecil bisa tumbuh menjadi besar dengan syarat eksekusi dan implementasi strategi dan visi-misi yang disiplin,” Tutur Bryan. “Apalagi di era digital, banyak perusahaan skala kecil yang tergolong non mainstream, melalui beauty bloggers, fashion bloggers yang memperhatikan online, 5-10 tahun ke depan akan menjadi besar,” tambah pria yang memiliki hobi mengajar ini.

Bryan juga menceritakan kisah jatuh bangun perusahaan melewati krisis di tahun 1997-1999. Menurutnya, sebuah perusahaan besar tidak lepas dari krisis dan kejatuhan. “Sebagaimana krisis Amerika Serikat 2007-2008 yang menyebabkan banyak perusahaan bangkrut, termasuk di dalamnya perusahaan raksasa, Lehman Brothers. Atau perusahaan penerbangan BUMN, Merpati. Baik perusahaan kecil menengah, besar, multinasional akan mengalami jatuh bangun. Justru semakin besar sebuah bisnis, semakin besar pula tantangannya,” jelas Bryan.

Setelah pemberian plakat kepada Bryan oleh Founder dan Ketua Umum Wirausaha Excellent, Ellies Sutrisna––seluruh pembicara maju ke depan dan melakukan foto bersama.

Selanjutnya, CEO dan Co Founder Papillon Group, Vicky Ganda Saputra dalam sharingnya menyampaikan era digital menyasar hal-hal penting yang sangat intimate dan personal. Papillon sendiri cikal bakalnya adalah pure perusahan majalah dewasa bernama Popular yang dibangun 28 tahun lalu sebelum akhirnya berevolusi karena citra buruk di masyarakat.

“Hari ini Popular lebih ke arah men’s interest berbasis technology. Ada 3 hal yang mendukung Majalah Populer, pertama adalah Brand, kedua adalah komunitas, dan ketiga adalah kita berupaya memahami karakteristik dari konsumen yang ada di Indonesia,” tutur Vicky.

Menurut Vicky, sebuah data penelitian atas penggunaan kuota di youtube menyatakan bahwa apa yang dikonsumsi oleh masyarakat indonesia 70% berkaitan dengan hal seksi dan konyol. “kini, dalam tampilannya yang baru 8 dari 10 orang tahu apa itu majalah Popular. Kita menyadari apa itu online to offline, dan sebaliknya. Oleh karena itu Kita memang betul-betul spesific market, namun Papillon mencoba bergerak juga di aplikasi, e-commerce, papillon academy. Contohnya dalam Papillon Academy, kita ada namanya Miss Popular. Di dalamnya kita mengadakan pelatihan social marketing celebrity, ada juga pelatihan video blogger.” tutur pria kelahiran Februari 1978 ini.

Sebelum makan siang, kegiatan diisi oleh sharing produk Bank Sinarmas yang dipandu Dewa Dewanta, Bona Molatua dan Ade Geiza. Dalam sharing itu, Bona dan Ade menjelaskan mengenai keunggulan produk-produk Sinamas, di antaranya Tabungan, deposito online, dan kartu kredit.

Setelah istirahat dan makan siang berlangsung, giliran Yati Law menyampaikan sharing-nya. Perempuan asli Betawi-Sunda ini mengaku, ia hanya berawal dari penjahit biasa, tidak kuliah, hanya tamatan SMA. “Dulu kehidupan saya sebagai perempuan dibatasi. Namun yang ada dalam diri saya adalah dreaming dan Ingin punya brand sendiri,” tutur wanita yang kini menjabat sebagai Business Network International di IWAPI (Ikatan Wanita Pebisnis Indonesia.

Yati juga menyampaikan, bahwa seorang pebisnis mesti mementingkan kualitas produk, memiliki product knowledge, tidak mengecewakan customer, dan mengikuti organisasi yang sesuai dengan apa yang ingin kita jual.

Sementara itu, Hoky begitu panggilan akrab Sugiharto Santoso––ketua APKOMINDO, mempersentasikan berbagai produk media bisnis berbasis aplikasi. Perubahan teknologi, menurut Hoky, berusaha mendigitalisasi bisnis kita ke depan dengan sharing economy.

“Teknologi ke depan akan menghidupi kita. Oleh karena itu kami menyediakan berbagai aplikasi untuk membuat perubahan yang sangat drastis. Sebab bisnis yang tidak berupaya memanfaatkan teknologi atau perubahan zaman akan bangkrut sebagaimana banyak perusahaan di Amerika,” tutur Hoky.

Affandy Totong, Pengisi materi selanjutnya mempertanyakan apa itu kreatifitas? Menurutnya, apabila kita berkembang melakukan sesuatu dengan berbagai cara yang berbeda itu adalah kreatifitas, teknologi adalah buah dari kreatifitas. “Teknologi membuat segala sesuatu yang tidak mungkin menjadi mungkin. Komputer pertama kali diciptakan sebesar kulkas, tapi bayangkan saat ini, kemampuan gadget 250 ribu kali lebih hebat dari komputer pertama kali diciptakan,” pungkasnya.

Masih menurut Totong, kesuksesan ditentukan oleh proses. “Pendidikan tidak pernah berhenti, yang berhenti adalah orang yang memperlajarinya. Untuk berinovasi kita mesti belajar. Setidaknya, dengan belajar kita bisa menemukan bahwa sesuatu itu bisa dilakukan lebih mudah.

Memasuki sesi terakhir, sebelum Ellies Sutrisna menyampaikan sharing-nya, pemanggilan nama-nama peserta wisuda EMI (Entrepreneur Mentoring and Incubation) angkatan 17 ke atas panggung. Penyerahan tropi berbentuk selendang dan pemasangan topi kepada para wisudawan dilakukan oleh Ellies Sutrisna dan Affandy Totong.

Dalam materinya, Ellies mengisahkan secuil pengalamannya dalam meraih kesuksesan. Ia juga menyemangati dan berharap melalui berbagai program Komunitas Wirausaha Excellent ini, meski memulai dari dapur kecil, seluruh anggotanya akan berkembang menjadi lebih besar dan go global.

“Dalam perjalanan menuju kesuksesan tidak ada yang mudah, tapi anda bisa mencapainya, so you have to be strong. KWE, satu sama lain memberikan dukungan. Ketika anda sedang jatuh, teman anda akan memberika dukungan. Thankfull bersyukur. Dengan bersyukur kita akan mampu berbagi,” tutur wanita yang pernah berjualan kue saat duduk di Sekolah Dasar ini.

Seminar Nasional “Strategi Menjadi Wirausahawan Unggul, Kreatif, Inovatif dan Sukses di era Digital” ini juga menghadirkan bazaar. Berbagai booth produk dari Komunitas dan peserta terdaftar, baik berupa makanan, craft, aksesoris, dan yang berhubungan dengan fashion tergelar di luar ruangan seminar. Acara ditutup dengan pengumuman Door Prize.

Latest Berita

ASPIKINDO FAIRASPIKINDO FAIR
Berita Kelas Excellent Mentoring  Incubation  whatsapp image 2017 09 09 at 17 28 15
Kelas Excellent Mentoring & Incubation
Berita Excellent Mentoring  Incubation pertemuan ke 3 whatsapp image 2017 08 26 at 17 54 00 5
Excellent Mentoring & Incubation pertemuan ke 3
Berita SEMINAR  GATHERING whatsapp image 2017 08 12 at 18 05 18
SEMINAR & GATHERING