Membidik Pasar Perempuan
Louann Brizendine penulis buku Female Brain menulis banyak karakter perempuan yang layak diketahui oleh siapa saja yang ingin bergaul dengan akrab, berbisnis dengan hangat dan berteman lebih rapat dengan kaum ini. Semuanya ditulis berdasarkan survei yang dilakukannya. Ia menyebutkan perempuan menggunakan sekitar 20.000 kata/hari, lelaki hanya sekitar 7.000 kata. Lalu, perempuan bisa mengingat rincian pertengkaran yang tidak dapat diingat sama sekali oleh lelaki. Serta mereka cenderung membentuk ikatan yang lebih dalam dengan teman perempuan mereka daripada yang dilakukan para lelaki dengan teman lelakinya. Ringkasnya, mereka adalah makhluk yang suka bicara, pengingat masalah dan penyuka kehangatan. Intinya, mereka adalah makhluk emosional.
Lebih jauh, psikolog dari Cleveland’s Case Western Reserve University, Julie Exline, yang telah meneliti persoalan “maaf-memaafkan” sejak tahun 1998 hingga 2005 memberikan opini lebih soal kaum hawa ini. Dengan responden lebih dari 1.400 pelajar, Exline menyebutkan bahwa perempuan lebih mudah memaafkan namun sulit melupakan. Kaum pria sulit memaafkan namun mudah melupakan. Dua kontradiksi gaya komunikasi internal yang sungguh berbeda. Kedua-duanya memiliki kekurangan dan kelebihan masing-masing.
Dari kedua hasil survei dan penelitian itu ada hal menarik yang perlu diperhatikan bila pasar kaum hawa ini ingin dibidik. Pertama, karena mereka adalah makhluk emosional, setiap penawaran produk yang ditujukan kepada mereka harus lebih menitikberatkan pada nilai estetika dan etika. Produk dimaksud harus bisa menarik emosi mereka sedemikian rupa, seperti packaging yang menarik, warna yang menawan, desain yang unik dan unit yang eksklusif. Mereka biasanya tidak terlalu mempersoalkan harga sepanjang kualitas produk baik dan eksklusifivitas pelayanan didapat.
Kedua, pelayanan yang diberikan kepada mereka harus bersifat pribadi dan menyentuh emosi. Mereka lebih suka pelayanan yang bersifat tailor-made. Dirancang khusus buat mereka. Ketika mereka complaint, dengarkan dengan fokus dan khusus. Kaum ini mudah tersinggung. Jika para pemasar ‘berpindah ke lain hati’ sedikit saja saat melayani, misalnya, dengan fokus yang terpencar saat berkonversasi, mereka akan dengan mudah meninggalkan marketer tersebut sekaligus produknya. Mereka ingin didengar dan dimengerti. Itulah kecenderungan kaum ini.
Ketiga, jangan pernah sakiti hati kaum ini dengan ucapan yang tidak pantas. Sekali ia tersinggung gunung pun akan dipindahkan agar tidak menghalangi jalan mereka. Mereka akan mudah pergi dengan membawa luka hati dan tidak akan kembali. Ingat, ada sebuah statement soal customer service yang layak diingat dan dicamkan oleh setiap marketer bahwa seorang pelanggan yang puas hanya akan bercerita kepada tiga orang. Yang tidak puas kepada 3000 orang. Tidak fair memang. Tapi itulah kenyataan yang ada. Berita buruk selalu menyebar jauh lebih cepat dan luas dibandingkan dengan berita baik. Jika berita baik berembus berdasarkan deret hitung. Berita buruk akan menggunakan deret ukur dalam penyebarannya. Artinya, berhati-hatilah ketika berhadapan dengan mereka karena sekali terluka, sakit itu akan terus menganga dan sulit disembuhkan. Mereka memang mudah memaafkan, namun tidak mudah melupakan. Lebih baik membina hubungan yang panjang dengan ucapan yang berkenan di hati daripada menyakiti dan merusak relasi hanya karena emosi yang tidak terkendali.
Keempat, kaum ini adalah makhluk yang tidak langsung – indirect, menurut Paul Allen and Barbara Peace. Praktiknya, untuk menjelaskan sesuatu kepada kaum ini sebaiknya menggunakan teknik bola billiard. Artinya, ketika ingin menyodok bola nomor lima misalnya, anda harus membidik bola nomor tujuh agar ia menyentuh bola yang diinginkan. Inilah kaum hawa. Mereka menyukai adanya media transisi. Tidak langsung ke inti. Karenanya, ketika menyampaikan sesuatu kepada mereka, lakukanlah dengan teknik ini agar setiap ujaran yang disampaikan akan lebih dimengerti dan dipahami secara bertahap. Karena ruang otak mereka memang memerlukan yang demikian.