Gen-Y by Haryo Ardito
Saat menunggu giliran untuk talkshow di sebuah radio, saya sempat mendengarkan siaran tentang bisnis investasi, menariknya di akhir acara si narasumber mengatakan bahwa ini adalah bisnis investasi yang menarik dan menguntungkan tetapi bukan MLM atau Asuransi. Saya terhenyak, mengapa mesti dengan embel-embel “Bukan MLM atau Asuransi?” Mengapa kedua bisnis ini di jadikan bandingan yang tidak berimbang? Faktanya banyak orang-orang yang sukses dalam menggeluti di kedua bisnis ini, dan tidak sedikit pula orang-orang yang bangkrut karena melakukan bisnis konvensional lainnya!
Nah, perkara menjual adalah soal memenuhi kebutuhan konsumen. Seorang penjual harus mengenali orang yang membutuhkan produknya atau mampu mempengaruhi calon konsumennya yang semula tidak butuh menjadi membutuhkannya. Ketika penawaran dilakukan terhadap orang yang tidak butuh atau dengan kata lain gagal untuk dipengaruhinya, pastinya terjadi sebuah penolakan. Coba kita telaah secara bijaksana, penolakan terjadi karena banyak faktor. Bisa karena bukan kebutuhannya, belum membutuhkannya, bisa karena cara menawarkan yang kurang tepat atau memang produk atau barang yang di tawarkan kurang menarik dan lain sebagainya. Dan perlu disadari pula bahwa penolakan merupakan bagian dari setiap sisi penjualan. Dan tak bisa dipungkiri, seorang penjual pun pasti pernah melakukan penolakan saat diprospek oleh penjual lainnya terhadap produk atau bentuk penawaran lainnya yang bukan menjadi kebutuhannya.
Nilai Tambah dan Kebanggaan Sebuah Profesi
Suatu hari saya menelpon seorang kawan secara berulang kali, namun tak kunjung diangkat. Kemudian saya hubungi via whatsapp, baru kemudian dia menelpon balik seraya berkata “Maaf Pak, kalau nomor telepon tidak saya kenal saya memilih untuk tidak mengangkatnya, takutnya penawaran dari Asuransi”. Dengan bercanda saya katakan “Anda ini seorang sales atau penjual juga kan!, punya banyak anak buah sales juga kan! Ya diterima aja calling-nya, kan bisa di handle dengan baik-baik”. “Ya, tapi cara menawarkannya nggak bener, bikin jengkel, mendingan nggak saya angkat dari pada buang-buang waktu saya” Dari percakapan di atas tadi permasalahan yang menjadi sumber malapetakanya adalah soal ‘cara’. Dan kita semua tahu akibat cara-cara yang salah secara massif dan berkesinambungan telah berdampak buruk terhadap image sebuah bisnis secara keseluruhan dan menyulitkan para pebisnis Asuransi dan MLM (networker) yang telah melakukan dengan cara yang benar sekalipun.
Dalam sebuah diskusi dengan sahabat lama yang telah beberapa kali berganti bisnis MLM mengakui bahwa mereka terpaksa tidak berani terang-terangan menjadi pelaku bisnis MLM, hal itu untuk menghindari yang namanya penolakan tadi. Jika para sales asuransi, penjual lainya, networker MLM menerima dengan bijak akan sebuah penolakan dan menjadikannya bagian dalam profesi bisnisnya maka, tidak perlu ada yang mesti di risaukan serta ditakuti.Seharusnya kita bangga dengan profesi apapun yang kita pilih dan tidak perlu malu-malu. Semestinya semakin hari semakin banyak orang tahu jika Anda berprofesi di bisnis ini. Dari sanalah munculnya sebuah kepercayaan dan kebutuhan terhadap apa yang Anda banggakan.
Apapun yang Anda jual, jika tidak dibutuhkan oleh calon konsumen maka akan ada penolakan. Sebaliknya ketika seseorang membutuhkan dan tahu bahwa profesi Anda punya solusinya disertai dengan rasa kepercayaan ‘trust’ tadi, selanjutnya penjualan akan bergulir dengan sendirinya. Harus dilihat, begitu banyak pebisnis di dua sektor ini yang meraih sukses, meskipun jumlahnya masih jauh dibawah potensi bisnis dan pangsa pasar yang sesungguhnya.
Gen-X atau Gen-Y?
Saya kaitkan istilah Gen-Y dengan teori motivasi Douglas McGregor yang mengatakan orang dengan sebutan Gen-X cenderung memiliki sifat dasar tidak suka bekerja, harus dikontrol atau dipaksa untuk mencapai tujuan dan lebih suka diperintah.
Seorang Gen-X lebih cocok bekerja sebagai employee dimana memiliki atasan atau bos yang otomatis bersedia menerima perintah dari atasan atau si bos karna ada ikatan formal ditambah jaminan upah yang pasti diterima. Jika Anda seorang Gen-X maka bisnis MLM atau Asuransi bukanlah pilihan bisnis yang tepat. Bisnis MLM atau Asuransi hanya bisa dijalankan oleh mereka yang masuk dalam kategori Gen-Y. Mengapa demikian? sebab bisnis MLM atau Asuransi harus dijalankan dengan sikap mental seorang entrepreneur atau wirausaha yang kreatif, innovatif dan berani menghadapi tantangan serta pantang menyerah.
Sedangkan orang dengan Gen-Y memandang pekerjaan seperti bermain dan rekreasi. Mereka akan berlatih untuk mengatur dan mengendalikan diri sendiri guna mencapai tujuan yang telah mereka tetapkan. Gen-Y selalu belajar untuk menerima dan mencari tanggungjawab. Butuh sebuah jawaban yang jujur, apakah kita cocok dengan istilah Gen-X atau Gen-Y?.
Lalu bagaimana jika seorang Gen-X tetap berkeinginan menjadi pebisnis MLM atau Asuransi? Tentu saja hal yang di bahas di atas ada solusinya. Gen-X dapat menunjuk seorang ‘coach’ dari upline atau leader yang layak untuk dijadikan coach atau mengundang seorangprofessional coach untuk mendapat bimbingan serta pelatihan yang mencukupi untuk kedua profesi di atas.
Haryo Ardito – DieHard Motivator
Website: www.haryoardito.com