Confert Influence
Sahabat excellent, diartikel sebelumnya kita sudah membahas bahwa influence adalah ilmu yang mempelajari refleks dan program otomatis mental yang dimiliki setiap orang dalam aktifitas sehari hari.
Kita juga sudah membahas bahwa dengan mempelajari dan memahami program otomatis tersebut, maka hal ini memungkinan kita untuk lebih mudah membujuk dan mendapatkan apa yang kita harapkan dari orang lain, dan tentu saja dalam konteks yang positif, karena sama dengan semua ilmu ilmiah lainnya yang netral, Influence bisa digunakan untuk hal yang positif maupun yang negatif.
Kita juga sudah membahas komponen apa saja yang dibutuhkan untuk melakukan influence dengan efektif, yaitu:
1. Kontrol diri atau self control.
2. Clarity atau kejelasan tentang apa yang kita harapkan dari orang lain.
3. Strategi dan taktik yang efektif.
4. Keterampilan berkomunikasi, dan
5. Sebuah sistem evaluasi yang memungkinkan kita untuk melakukan penyempurnaan yang berkesinambungan.
Kenapa kita butuh program otomatis tersebut?
Ketika kita berinteraksi dan berkomunikasi dengan lingkungan kita, informasi yang diterima oleh panca indera itu sangat banyak dan kompleks, padahal menurut hasil penelitian seorang psikolog bernama George A. Miller, otak manusia hanya mampu memproses informasi secara serentak 7 plus minus 2 saja.
Jadi supaya otak masih mampu memproses semua informasi dengan baik, dan mengambil keputusan dengan cepat dan efektif, maka kita mengandalkan shortcut atau program yang berjalan secara otomatis tanpa harus kita analisa dan pikirkan lagi.
Hukum Persuasi dalam Influence
Menurut hasil penelitian seorang psikolog dan penulis buku Robert B. Cialdini, cara kerja program otomatis tersebut bekerja mengikuti pola-pola dan aturan tertentu, yang diberi dengan nama hukum persuasi.
Jadi di artikel ini dan berikutnya saya akan membahas apa saja hukum persuasi yang mempengaruhi kerja program otomatis tersebut dan bagaimana memanfaatkannya dalam hidup sehari-hari, dalam pekerjaan dan dalam bisnis.
Hukum 1: Hukum Timbal Balik
Hukum timbal balik mengatakan bahwa ketika kita diberikan sesuatu, maka secara psikologis akan muncul dorongan dalam diri kita untuk membalas pemberian orang tersebut. Ini merupakan hasil pengkondisian yang kita alami sejak masa kecil dari orang tua, guru dan lingkungan, yaitu kita tidak boleh hanya menerima saja, tapi juga harus memberi sebagai balasannya.
Dalam sehari-hari kita bisa menemukan banyak hal-hal yang menunjukkan efek dari hukum timbal balik tersebut. Contoh ketika seseorang memberi kita hadiah maka kita merasa wajib untuk balas memberi hadiah, ketika seseorang memberi pujian, maka kita merasa wajib balas memberi pujian, atau ketika kita diberi perhatian, maka kita merasa harus memberi perhatian sebagai balasannya.
Efek dari hukum timbal balik itu bisa kita perhatikan dalam bidang apa saja, bahkan dalam dunia politik. Salah satu kasus menarik yang menunjukkan kekuatan dari hukum timbal balik itu bisa kita perhatikan pada negara Ethiopia. Ethiopia adalah salah satu negara yang termiskin di Afrika dengan angka kematian yang sangat tinggi sebagai dampak dari kekurangan gizi dan buruknya pelayanan kesehatan.
Sampai saat ini Ethiopia masih merupakan negara yang sangat tergantung pada bantuan dana dari negara-negara lain. Yang menarik disini, ketika Meksiko mengalami bencana gempa pada tahun 1985, Ethiopia malah mengirimkan bantuan dana ke Meksiko padahal dana tersebut lebih dibutuhkan untuk mengatasi masalah kemiskinan dalam negeri.
Ketika ditelusuri kenapa Ethiopia memutuskan untuk mengirim bantuan dana ke Meksiko, jawabannya sangat menarik, ternyata Ethiopia merasa berhutang budi pada Meksiko karena Meksiko pernah membantu Ethiopia ketika negara tersebut di invasi Italia pada tahun 1935. Jadi Ethiopia sampai mengesampingkan semua kebutuhan dan krisis dalam negeri hanya untuk membayar hutang budi kepada Meksiko yang tertanam 50 tahun yang lalu.
Ini menunjukkan kekuatan dari hukum timbal balik yang bisa kita manfaatkan untuk lebih sukses membujuk dan mempengaruhi orang lain.
Eksperimen di Restoran
Untuk menguji seberapa efektifnya prinsip timbal balik ini, para ahli melakukan eksperimen di sebuah restoran untuk mempelajari seberapa efektif hukum ini digunakan dalam mempengaruhi besarnya tips dari pelanggan, dengan hasil yang sangat menarik:
• Dengan memberi bonus atau hadiah kecil berupa sebuah permen, tips dari pelanggan naik 3 %.
• Dan ketika pelayan memberi hadiah 2 permen tips yang diberikan bukan naik dua kali lipat, tapi naik 14 %.
• Kemudian yang menarik disini, pelayan hanya memberi satu permen, beranjak hendak pergi, lalu berhenti, berbalik dan memberikan permen kedua sambil memberikan pujian “khusus untuk anda yang baik hati, saya berikan tambahan 1 permen lagi”, ternyata tips dari pelanggan naik menjadi 23 %.
Bagaimana kita bisa memanfaatkan hukum ini dalam kehidupan sehari-hari, pekerjaan dan bisnis, dan apa saja rambu-rambu yang harus diperhatikan, akan saya bahas di artikel yang berikutnya.
Salam Turbo